CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Monday, August 24, 2009

[kcb-milis] Fwd: Apa Kata Daoed Joesoef, Mendikbud (1977-1982) - Tentang Kontes Ratu Kecantikan

 


Ada apa dengan Kontes Ratu Kecantikan ?
 
''Percayalah, tidak akan ada gadis
sumbing yang akan terpilih menjadi ratu betapa pun tinggi IQ-nya, terpuji
sikapnya, atau keberaniannya yang mengagumkan, '' tulisnya

Lalu, apa jalan keluarnya? ''Stop all those nonsense! Hentikan semua
kegiatan pemilihan ratu kecantikan yang jelas mengeksploitasi perempuan dan
pasti merendahkan martabatnya! '' seru Daoed Joesoef.

Namun, lanjutnya, kalau perempuan sendiri bergairah melakukan perbuatan yang
tercela itu karena kepentingan materi sesaat tanpa mempedulikan masa depan
anak-anak, ya mau bilang apa lagi!
(-)

 
bagaimana dengan anda ?
Best regards,

Una ^_^
------- Original Message -------
Sender : Satriyo<lasykarlima@gmail.com>
Date : Aug 24, 2009 14:16 (GMT+07:00)
Title : [daarut-tauhiid] Apa Kata Daoed Joesoef, Mendikbud (1977-1982) - Fwd: [...] Kontes Ratu Kecantikan

 

Senin, 24 Agustus 2009 pukul 01:05:00

Kontes Ratu Kecantikan

Dr Adian Husaini
(Pembina TK Islam at-Taqwa Cimanggis-Depok)

Di antara deretan menteri-menteri Orde Baru, bisa dikatakan, Dr Daoed
Joesoef termasuk yang sangat melekat dalam ingatan saya sejak kecil. Maklum,
saat duduk di bangku SMP, saya menjadi 'korban' kebijakannya, harus
memperpanjang masa belajar selama enam bulan. Bisa dikatakan, berbagai
pemikiran dan kebijakannya tentang Islam dan pendidikan sempat mengundang
kontroversi hebat. Karena itu pula, ia hanya menjabat Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (P&K) selama satu periode (1977-1982). Presiden Soeharto tidak
begitu suka dengan kontroversi demi kontroversi yang ditimbulkannya.

Tahun 2006 lalu, Daoed Joesoef menerbitkan memoarnya yang diberi judul Dia
dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran. Di buku inilah, Daoed Joesoef
mengungkapkan secara leluasa berbagai pemikiran, pengalaman, dan
uneg-uneg-nya. Ia sempat mengajukan gagasan agar Pendidikan Agama tidak lagi
diajarkan di sekolah. Menurutnya, pengajaran agama seharusnya tidak
dijadikan urusan pemerintah karena ia adalah urusan privat, hak prerogatif
keluarga yang harus dihormati, dan tugas-kewajiban komunitas agama yang
bersangkutan itu sendiri. Negara sebaiknya tidak mencampuri soal-soal
keyakinan religius.

Semasa menjadi menteri, ia juga tidak mau mengucapkan salam secara Islam.
Ketika dikritik, dia memberikan bantahannya, ''Aku katakan bahwa aku
berpidato sebagai Menteri dari Negara Republik Indonesia yang adalah negara
kebangsaan yang serbamajemuk, multikultural, multiagama, dan kepercayaan,
multisuku dan asal-usul, dan lain-lain, bukan negara agama dan pasti bukan
negara Islam.''

Daoed menulis bahwa ia pernah mengusulkan kepada Presiden Soeharto agar di
Istana Negara juga diadakan Perayaan Natal, bukan hanya Perayaan Maulid Nabi
Muhammad saw. Karena usulnya tidak dikabulkan, ia mengadakan Perayaan Natal
Bersama di Departemen P&K yang dipimpinnya. Di masanya, keluar juga
kebijakan NKK/BKK yang memancing protes keras dari para aktivis mahasiswa.
Ia pun menghapuskan kebijakan libur Ramadhan, yang sudah mentradisi selama
puluhan tahun dalam sejarah pendidikan di Indonesia.

Sapi perah

Tentu saja, berbagai pemikiran dan kebijakan Daoed Joesoef yang sekuler,
sangat tidak saya setujui. Sejumlah kritik sudah saya tulis. Akan tetapi,
jujur, ada sejumlah sisi menarik dari pemikiran dan kehidupan Doktor lulusan
Sorbonne Perancis (1972) dan ketua Dewan Direktur CSIS (1972-1998) ini.
Salah satunya adalah pandangannya terhadap berbagai jenis kontes ratu
kecantikan. Saat menjabat Menteri P&K, Daoed menyatakan secara terbuka
penolakannya terhadap segala jenis pemilihan miss dan ratu kecantikan.
Ketika itu, sedang marak-maraknya promosi aneka ragam miss, ada Miss
Kacamata Rayban, Miss Jengki, Miss Fiat, Miss Pantai, di samping pemilihan
ratu ayu daerah, ratu ayu Indonesia yang langsung dikaitkan dengan berbagai
jenis keratuan internasional. Dan, semuanya, tulis Daoed Joesoef,
''menyatakan demi manfaat dan kegunaan (pariwisata) serta keharuman nama dan
martabat Indonesia.''

Apa kata Daoed Joesoef tentang semua jenis ratu-ratuan? ''Pemilihan
ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di
samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia)
perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan
berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah
mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus
merupakan kelemahan perempuan, insting primitif, dan nafsu elementer
laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom,
aku tidak apriori antikegiatan bisnis. Adalah normal mencari keuntungan
dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan begitu saja
etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih
muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara,'' tulis Daoed
Joesoef.

Menurut mantan dosen FE-UI ini, wanita yang terjebak ke dalam kontes
ratu-ratuan, tidak menyadari dirinya telah terlena, terbius, tidak menyadari
bahaya yang mengancam dirinya. Itu ibarat perokok atau pemadat yang
melupakan begitu saja nikotin atau candu yang jelas merusak kesehatannya.
Lebih jauh, Daoed Joesoef menyampaikan kritik pedasnya: ''Pendek kata kalau
di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa
perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan
dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut
'meramaikan' pesta kecantikan perempuan di forum internasional. ''

Dari 900 halaman lebih memoarnya tersebut, Daoed Joesoef memberikan porsi
cukup panjang (hlm 649-657) untuk menguraikan buruknya praktik-praktik
ratu-ratuan bagi perempuan itu sendiri. Perempuan tentu boleh tampil cantik.
Tapi, Daoed Joesoef mengingatkan tiga hal. Pertama, jangan diumbar,
dibiarkan untuk dieksploitasi seenaknya oleh orang/pihak lain hingga
membahayakan dirinya sendiri. Kedua, jangan memupuknya secara berlebihan,
karena bagaimana pun kecantikan itu hanya setebal kulit. Ketiga, kecantikan,
yang dipupuk lalu dijadikan standar personalitas perempuan, berpotensi
menjadi liang kubur perempuan yang bersangkutan. Bila kecantikan itu redup,
karena hanya setebal kulit, berarti perempuan itu tidak dapat lagi memenuhi
standar yang telah dipatoknya sendiri. Orang lain, termasuk suaminya, akan
membelakanginya, lalu berpaling ke perempuan cantik lain.

Semasa belajar di Paris, Daoed Joesoef mengaku pernah membaca sebuah kasus
seorang guru matematika dipecat oleh Menteri Pendidikan Nasional Prancis,
gara-gara guru tersebut mengikuti kontes ratu kecantikan daerah yang
merupakan awal dari pemilihan ratu kecantikan nasional. Ketika itu, tidak
ada media yang membelanya karena publik menganggap, kegiatan seperti itu
tidak pantas dilakukan seorang guru. Karena itu, menurutnya, jika ada
pendidik yang membela kegiatan pemilihan ratu ayu, pantas sekali
dipertanyakan bagaimana keadaan nuraninya.

''Apa kata inteleknya tidak perlu dipersoalkan, karena sekarang ini
keintelektualan bisa disewa per hari, per minggu, per bulan, per tahun,
bahkan permanen, dengan honor yang lumayan. Artinya, even seorang intelek
bisa saja melacurkan kemurnian inteleknya karena nurani sudah diredam oleh
uang,'' tulis Daoed Joesoef.

Daoed Joesoef menolak argumentasi bahwa kontes kecantikan juga menonjolkan
sisi-sisi intelektual perempuan dan banyak pesertanya yang mahasiswi. Juga,
terhadap alasan bahwa penggunaan pakaian renang adalah hal biasa. Jika
memakai baju renang di kolam renang atau di pantai, katanya, memang lumrah.
Masa berenang pakai kebaya atau kain sarung. ''Namun, tampil berbaju renang
melenggang di catwalk, ini soal yang berbeda. Gadis itu bukan untuk mandi,
tapi disiapkan, didandani, dengan sengaja, supaya enak ditonton, bisa
dinikmati penonjolan bagian tubuh keperempuanannya, yang biasanya tidak
diobral untuk setiap orang,'' tulis Daoed Joesoef lebih jauh.

Bahkan, Daoed Joesoef menyamakan peserta kontes kecantikan itu sama dengan
sapi perah: ''Setelah dibersihkan lalu diukur badan, termasuk buah dada
(badan)nya dan kemudian diperas susunya untuk dijual, tanpa menyadari bahwa
dia sebenarnya sudah dimanfaatkan, dijadikan sapi perah. Untuk kepentingan
dan keuntungan siapa?''

Terhadap orang yang menyatakan bahwa yang dinilai dalam kontes kecantikan
bukan hanya kecantikannya, tetapi juga otaknya, sikapnya, dan keberaniannya,
Daoed Joesoef menyatakan, semua itu hanya embel-embel guna menutupi kriteria
kecantikan yang tetap diunggulkan. ''Percayalah, tidak akan ada gadis
sumbing yang akan terpilih menjadi ratu betapa pun tinggi IQ-nya, terpuji
sikapnya, atau keberaniannya yang mengagumkan, '' tulisnya.

Terhadap alasan kegunaan kontes ratu kecantikan untuk promosi wisata dan
penarikan devisa, Daoed Joesoef menyebutnya sebagai wishful thinking belaka,
untuk menarik simpati masyarakat dan dukungan pemerintah. Kalau keamanan
terjamin, jaringan transpor bisa diandalkan, sistem komunikasi lancar, bisa
on time, pelayanan hotel prima, keindahan alam Indonesia saja cukup bisa
menarik wisatawan.

Lalu, apa jalan keluarnya? ''Stop all those nonsense! Hentikan semua
kegiatan pemilihan ratu kecantikan yang jelas mengeksploitasi perempuan dan
pasti merendahkan martabatnya! '' seru Daoed Joesoef.

Namun, lanjutnya, kalau perempuan sendiri bergairah melakukan perbuatan yang
tercela itu karena kepentingan materi sesaat tanpa mempedulikan masa depan
anak-anak, ya mau bilang apa lagi!
(-)

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Search

Try a shortcut

Get local weather

faster.

Yahoo! Groups

Small Business Group

Share experiences

with owners like you

Group Charity

Citizen Schools

Best after school

program in the US

.

__,_._,___

No comments: