kalau mau merubah sesuatu, jangan perintah Allah SWT yang diubah, tapi sistem ekonomi kita.
saya memang tidak pakar di ekonomi islam, hanya yang ingin saya garis bawahi dari tulisan dibawah adalah :
berkurban daging bukan hanya sekedar budaya, namun itu adalah perintah Allah SWT.
Kalau di negara ini syari'ah sudah ditetapkan sebagai undang-undang, maka saya yakin hal seperti dibawah tidak akan terjadi.
saya memang tidak pakar di ekonomi islam, hanya yang ingin saya garis bawahi dari tulisan dibawah adalah :
berkurban daging bukan hanya sekedar budaya, namun itu adalah perintah Allah SWT.
Kalau di negara ini syari'ah sudah ditetapkan sebagai undang-undang, maka saya yakin hal seperti dibawah tidak akan terjadi.
Dari: ilmi insani <insanilmi@yahoo.
Kepada: kcb <ketika_cinta_
Terkirim: Rabu, 10 Desember, 2008 21:49:50
Topik: [ketika_cinta_
Assalamualaikum wr. wb
Miris sekali, kemarin saya melihat berita di tv,yang menginformasikan tentang kaum dhuafa yang menjual kembali daging hasil pemberian zakat kurban kepadanya, untuk mendapatkan uang. Alasan mereka beragam. Ada yang menjual daging kurbannya tersebut karena demi mendapatkan uang untuk menambah ongkos pulang ke kampung halamannya, Ada yang menjual agar dapat membayarkan hutang, dan masih ada lagi alasan-alasan lain yang intinya untuk mendapatkan uang.
Terdapat calo yang membeli daging kurban kaum dhuafa tersebut dengan harga yang sangat murah. Kalau biasanya daging dijual di pasar dengan harga Rp. 60.000 / kg, para calo tersebut membeli daging kurban para dhuafa dengan harga kurang lebih Rp. 15.000 / bungkus. Satu bungkusan tersebut bisa sampai kira-kira 1,5kg. Tawar menawar pun terjadi diantara si dhuafa dan calo. Namun biasanya si dhuafa akan merelakan berapapun harga yang diinginkan calo karena rasa pasrah atau perasaan "toh, saya tidak beli, jadi lumayan lah.."
Salah seorang calo diwawancarai oleh reporter dan menjelaskan bahwa ia sudah menekuni bidang ini (jual-beli daging kurban) selama 2 tahun terakhir.
Saya pribadi yang baru tau akan hal ini, merasa risih dengan kenyataan yang terjadi. Namun jika dipikir-pikir, memang mungkin bukan salah para kaum dhuafa yang menjual kembali daging kurbannya, karena pada kenyataannya mereka memang saat ini lebih membutuhkan uang daripada daging tersebut.
Saya bisa membayangkan, mungkn bagi beberapa orang, betapa repotnya mereka harus mengolah lagi bahan daging mentah tersebut untuk jadi makanan. Belum lagi mereka harus menyediakan bumbu-bumbu untuk meracik masakan, menyediakan bahan bakar untuk memasak, dan lain-lain. Sedangkan hal-hal tersebut sangat sulit untuk mereka penuhi. Sekarang, jika
kaum dhuafa yang diberi daging kurban tersebut adalah sepasang tua renta, yang kemungkinan besar jika memakan daging malah akan memicu penyakit-penyakit dalam, bagaimana kegiatan berkurban daging dapat disamaratakan manfaatnya.
Calo pembeli daging pun tidak kebetulan muncul begitu saja apabila tidak ada "pelanggan"- nya (ya para dhuafa tadi)
Pertanyaan saya, melihat kondisi masyarakat dhuafa muslim saat ini, apakah tidak ada hal-hal yang "perlu diubah"/"diinovasik an" dalam hal zakat daging kurban, jika kasusnya seperti di atas. Hasrat utama para pekurban adalah, selain beribadah kepada Allah SWT, juga untuk membantu kaum dhuafa secara ikhlas agar ikut merasakan nikmatnya menyantap hidangan daging, mentransfer rezeki lewat daging dll. Namun niat tulus tersebut tidak sampai, karena ya itu tadi..kebutuhan mereka thd uang jauh lebih besar daripada daging. Dan kita tidak dapat menyalahkan mereka 100 persen, karena setelah diberi, semua hak atas daging berada di tangan mereka. Entah selanjutnya dibagaimanakan, terserah mereka.
Saya berpikir, Apakah mungkin ada semacam konversi, bagaimana jika daging kurban kita konversi ke uang? mungkin terlalu ekstrim, dan sebenarnya nominal berapapun yang kita beri tak akan pernah mencukupi mereka, jika mereka tidak terus mengimbanginya dengan kerja keras mandiri. Dan kita bertanggung jawab apabila tertanam pada otak mereka perasaan kemiskinan dan papa yang berpikir pasti-nanti- ada-yang- nyumbang- saya.
Bagaimana dengan sembako? bahan-bahan pokok yang dibutuhkan dalam waktu dekat setidaknya dapat meringankan beban untuk beberapa hari ke depan.
Saya menyadari benar ini jauh dari apa yang diperintahkan Allah dalam AlQuran bahwa berkurbanlah daging (sapi/kambing) dll, namun saya hanya ingin mendapatkan sebuah pengertian dan mungkin pembenaran dalam diri saya bahwa Islam adalah dinamis, Islam agama yang sangat responsif, fleksibel untuk perubahan-perubahan dan penyesuaian- penyesuaian era pada sesuatu yang positif (tidak keluar prinsip Islam).
Saya yakin banyak sekali cendikia Islam dan teman-teman di milist KCB ini yang jauh lebih paham tentang hal ini dan memiliki cara pandang berbeda. Saya ingin sharing, sekaligus belajar dari anda-anda yang menanggapi ini (^_^) bagaimana kita menghadapi fenomena-fenomena Islam khususnya masalah ini. Kita kan harus menjadi umat yang cerdas, yang memaknai sesuatu, yang
menghargai proses, dan berorientasi hasil. Jika hasil belum maksimal saya rasa ada 1001 cara manusia berpikir untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Saya pernah mendengar bahwa mengapa terus mempertahankan budaya jika budaya tersebut tidak berdampak positif bagi orang-orang yang membudayakannya, apalagi ketika budaya tersebut sudah salah kaprah.
Kembali, maksud saya disini, bukan ingin merevisi apa yang sudah menjadi pembenaran di AlQuran, namun bagaimana solusi-solusi cerdas yang dapat umat Islam lakukan untuk menangani
contoh kasus di atas. Menurut saya, tidak benar mencari keuntungan ekstra dari pemberian, apalagi kalau melihat contoh kasus di atas. Namun dapat disadari bahwa memang tidak semua kaum dhuafa melakukan hal tersebut.
Mohon Maaf sekali lagi, kalau ada kata atau penyampaian yang kurang berkenan. semata-mata
saya hanya ingin belajar. saya ingin mengetahui apa sebenarnya esensi dari kegiatan berkurban yang selama ini kita lakukan. Apakah sudah tepat sasaran dan tujuan. Saya sangat menyanjung sebuah keteraturan dan kepatuhan, dan saya masih yakin jika aturan dan kepatuhan dijalankan
dengan optimal maka akan berdampak positif bagi pribadi yang menjalankannya.
Apakah anda-anda jg merasakan rasa sedikit "risih" atau sedikit "garuk-garuk kepala" seperti saya :) atas hal ini, atau justru anda membenarkan 100% apa yg terjadi di atas dengan pola pikir positif yang anda bangun?. Makasih banyak sharingnya.. :)
Wassalam..
Miris sekali, kemarin saya melihat berita di tv,yang menginformasikan tentang kaum dhuafa yang menjual kembali daging hasil pemberian zakat kurban kepadanya, untuk mendapatkan uang. Alasan mereka beragam. Ada yang menjual daging kurbannya tersebut karena demi mendapatkan uang untuk menambah ongkos pulang ke kampung halamannya, Ada yang menjual agar dapat membayarkan hutang, dan masih ada lagi alasan-alasan lain yang intinya untuk mendapatkan uang.
Terdapat calo yang membeli daging kurban kaum dhuafa tersebut dengan harga yang sangat murah. Kalau biasanya daging dijual di pasar dengan harga Rp. 60.000 / kg, para calo tersebut membeli daging kurban para dhuafa dengan harga kurang lebih Rp. 15.000 / bungkus. Satu bungkusan tersebut bisa sampai kira-kira 1,5kg. Tawar menawar pun terjadi diantara si dhuafa dan calo. Namun biasanya si dhuafa akan merelakan berapapun harga yang diinginkan calo karena rasa pasrah atau perasaan "toh, saya tidak beli, jadi lumayan lah.."
Salah seorang calo diwawancarai oleh reporter dan menjelaskan bahwa ia sudah menekuni bidang ini (jual-beli daging kurban) selama 2 tahun terakhir.
Saya pribadi yang baru tau akan hal ini, merasa risih dengan kenyataan yang terjadi. Namun jika dipikir-pikir, memang mungkin bukan salah para kaum dhuafa yang menjual kembali daging kurbannya, karena pada kenyataannya mereka memang saat ini lebih membutuhkan uang daripada daging tersebut.
Saya bisa membayangkan, mungkn bagi beberapa orang, betapa repotnya mereka harus mengolah lagi bahan daging mentah tersebut untuk jadi makanan. Belum lagi mereka harus menyediakan bumbu-bumbu untuk meracik masakan, menyediakan bahan bakar untuk memasak, dan lain-lain. Sedangkan hal-hal tersebut sangat sulit untuk mereka penuhi. Sekarang, jika
kaum dhuafa yang diberi daging kurban tersebut adalah sepasang tua renta, yang kemungkinan besar jika memakan daging malah akan memicu penyakit-penyakit dalam, bagaimana kegiatan berkurban daging dapat disamaratakan manfaatnya.
Calo pembeli daging pun tidak kebetulan muncul begitu saja apabila tidak ada "pelanggan"- nya (ya para dhuafa tadi)
Pertanyaan saya, melihat kondisi masyarakat dhuafa muslim saat ini, apakah tidak ada hal-hal yang "perlu diubah"/"diinovasik an" dalam hal zakat daging kurban, jika kasusnya seperti di atas. Hasrat utama para pekurban adalah, selain beribadah kepada Allah SWT, juga untuk membantu kaum dhuafa secara ikhlas agar ikut merasakan nikmatnya menyantap hidangan daging, mentransfer rezeki lewat daging dll. Namun niat tulus tersebut tidak sampai, karena ya itu tadi..kebutuhan mereka thd uang jauh lebih besar daripada daging. Dan kita tidak dapat menyalahkan mereka 100 persen, karena setelah diberi, semua hak atas daging berada di tangan mereka. Entah selanjutnya dibagaimanakan, terserah mereka.
Saya berpikir, Apakah mungkin ada semacam konversi, bagaimana jika daging kurban kita konversi ke uang? mungkin terlalu ekstrim, dan sebenarnya nominal berapapun yang kita beri tak akan pernah mencukupi mereka, jika mereka tidak terus mengimbanginya dengan kerja keras mandiri. Dan kita bertanggung jawab apabila tertanam pada otak mereka perasaan kemiskinan dan papa yang berpikir pasti-nanti- ada-yang- nyumbang- saya.
Bagaimana dengan sembako? bahan-bahan pokok yang dibutuhkan dalam waktu dekat setidaknya dapat meringankan beban untuk beberapa hari ke depan.
Saya menyadari benar ini jauh dari apa yang diperintahkan Allah dalam AlQuran bahwa berkurbanlah daging (sapi/kambing) dll, namun saya hanya ingin mendapatkan sebuah pengertian dan mungkin pembenaran dalam diri saya bahwa Islam adalah dinamis, Islam agama yang sangat responsif, fleksibel untuk perubahan-perubahan dan penyesuaian- penyesuaian era pada sesuatu yang positif (tidak keluar prinsip Islam).
Saya yakin banyak sekali cendikia Islam dan teman-teman di milist KCB ini yang jauh lebih paham tentang hal ini dan memiliki cara pandang berbeda. Saya ingin sharing, sekaligus belajar dari anda-anda yang menanggapi ini (^_^) bagaimana kita menghadapi fenomena-fenomena Islam khususnya masalah ini. Kita kan harus menjadi umat yang cerdas, yang memaknai sesuatu, yang
menghargai proses, dan berorientasi hasil. Jika hasil belum maksimal saya rasa ada 1001 cara manusia berpikir untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Saya pernah mendengar bahwa mengapa terus mempertahankan budaya jika budaya tersebut tidak berdampak positif bagi orang-orang yang membudayakannya, apalagi ketika budaya tersebut sudah salah kaprah.
Kembali, maksud saya disini, bukan ingin merevisi apa yang sudah menjadi pembenaran di AlQuran, namun bagaimana solusi-solusi cerdas yang dapat umat Islam lakukan untuk menangani
contoh kasus di atas. Menurut saya, tidak benar mencari keuntungan ekstra dari pemberian, apalagi kalau melihat contoh kasus di atas. Namun dapat disadari bahwa memang tidak semua kaum dhuafa melakukan hal tersebut.
Mohon Maaf sekali lagi, kalau ada kata atau penyampaian yang kurang berkenan. semata-mata
saya hanya ingin belajar. saya ingin mengetahui apa sebenarnya esensi dari kegiatan berkurban yang selama ini kita lakukan. Apakah sudah tepat sasaran dan tujuan. Saya sangat menyanjung sebuah keteraturan dan kepatuhan, dan saya masih yakin jika aturan dan kepatuhan dijalankan
dengan optimal maka akan berdampak positif bagi pribadi yang menjalankannya.
Apakah anda-anda jg merasakan rasa sedikit "risih" atau sedikit "garuk-garuk kepala" seperti saya :) atas hal ini, atau justru anda membenarkan 100% apa yg terjadi di atas dengan pola pikir positif yang anda bangun?. Makasih banyak sharingnya.. :)
Wassalam..
Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru Akhirnya datang juga!
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment