--- Pada Jum, 14/11/08, Sigit Wahyu <sigit.wahyu@gmail.com> menulis:
Dari: Sigit Wahyu <sigit.wahyu@gmail.com>
Topik: Lelaki Tak Dikenal
Kepada:
Tanggal: Jumat, 14 November, 2008, 5:16 PM
Dengan nafas yang terengah-engah nampak seorang wanita hitam tengah memikul gentong air dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Di tengah jalan nampak seorang lelaki tak dikenal menawarkan jasa baik untuk mengantarkan gentongan air yang dibawanya. Sesampai dikediaman wanita tersebut, nampak wajah-wajah polos anak-anak yang sepertinya memang sedang menunggu kepulangan sang ibu. Bertanyalah lelaki tersebut "Tampaknya anda tidak mempunyai seorang suami sehingga harus mengambil air sendiri. Bagaimana ceritanya hingga ibu menjadi Janda. ?" "Suamiku dulunya adalah seorang prajurit, lalu Ali bin Abi Thalib mengirimkannya kesuatu perbatasan, dan dia terbunuh di sana. Sekarang yang tinggal hanya aku dan beberapa orang anakku yang masih kecil." Lantas laki-laki itu tidak banyak berbicara. Setelah merampungkan bantuannya tadi lantas memohon diri untuk melanjutkan urusannya. Tetapi seharian dalam benak pikiran lelaki tadi hanya dibayangi ihwal keadaan wanita dan anak-anak yang ditolongnya tadi. Malamnya pun matanya tak bisa terpejam sedikitpun. Lantas pagi-pagi sekali diambilnya sehelai karung dan diisinya dengan makanan, daging, gandum dan kurma. Kemudian dibawanya ke rumah Wanita yang pernah ditolongnya kemarin. "Siapa ?" suara wanita setelah mendengar suara ketukan di pintu. "Hamba Allah yang kemarin datang membantu membawakan air. Aku sekarang sedang membawakan makanan sekedarnya untuk anak-anakmu." "Semoga Allah meridhoimu dan menghukum Ali bin Abi Thalib karena keteledorannya atas kami ini." Setelah pintu terbuka, laki-laki ini masuk seraya berkata. "Aku ingin mendapatkan pahala sekedanya dari-Nya. Izinkan aku menumbuk gandum ini dan membuatkan roti untuk kalian." "Baiklah, tapi aku lebih bisa menumbuk dan membuat roti. Tolong kau jagakan anak-anakku saja agar aku bisa leluasa memasak nantinya." Jawab wanita itu. Setelah wanita tersebut beranjak ke dapur. Lelaki ini mengambil sedikit daging yang dibawanya tadi dan mencincang lalu dicampurnya dengan kurma, lantas disuapinya anak-anak yatim itu dengan tangannya sendiri. Setiap kali ia menyuapkan makanan tadi ia selalu berkata "Anakku, relakanlah Ali bin Abi Thalib kalau dia bersalah terhadap kalian." Serampung gandum yang ditumbuk oleh wanita itu lantas ia memanggil "Hai hamba Allah, nyalakan api periuk ini." Laki-laki itupun pergi menyalakan api. Nyala kilapan api yang terasa sangat panas dari kayu yang disiapkan dalam tungku perapian itu terasa sekali sampai ke wajah lelaki itu. Lantas ia bergumam "Rasakanlah panasnya api ini. Inilah balasan bagi orang yang tidak memperhatikan urusan anak-anak yatim dan para janda." Bau pembakaran gandum untuk roti itu ternyata tercium kerumah tetangga wanita tersebut, sampai datanglah seorang tetangga wanita. Nampaknya sang tetangga mengenali lelaki tersebut. Berkatalah ia kepada si empunya rumah "Celaka engkau ! Apakah kau tidak mengenali lelaki yang membantumu itu ? Dia adalah Amirul Mukminin ! Wanita tersebut serta merta beringsut mendatangi lelaki tersebut lantas berkata "Di mana hendak aku letakkan wajahku ini. Sungguh aku minta maaf kepadamu, wahai Amirul Mukminin." "Tidak !", sergah lelaki itu. "Seharusnya akulah yang meminta maaf kepadamu karena kesalahanku ini." -Dari Bikhar Al-Anwar, jilid VII, hal.597. -Bila disimak dari kisah diatas, periodesasi waktunya adalah masa-masa akhir dari kekhalifahan Sayidina Umar bin Khatab r.a. dan sayidinna Ali masih menjabat sebagai Amir di Mesir (setingkat Gubernur). Dimana pengaturan dana dari Baitul Mal belumlah sempurna.
--
www.sigitwahyu.net
| 
No comments:
Post a Comment