CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Tuesday, October 21, 2008

[ketika_cinta_bertasbih] Fw: [alumni_alfaruq] Fw: [KMI-ANZ] Teungku Hasan di Tiro dan Pemikirannya



--- On Mon, 10/20/08, toto aditama <toto_saditama@yahoo.com> wrote:
From: toto aditama <toto_saditama@yahoo.com>
Subject: [alumni_alfaruq] Fw: [KMI-ANZ] Teungku Hasan di Tiro dan Pemikirannya
To: "pfootscray" <pfootscray@yahoogroups.com>, "a" <alumni_alfaruq@yahoogroups.com>
Date: Monday, October 20, 2008, 10:06 PM



--- On Mon, 10/20/08, Ginus <gyrusparietalis@ yahoo.com. au> wrote:
From: Ginus <gyrusparietalis@ yahoo.com. au>
Subject: [KMI-ANZ] Teungku Hasan di Tiro dan Pemikirannya
To: kmi-anz@yahoogroups .com
Date: Monday, October 20, 2008, 1:40 AM

http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/10/19/ 01365452/ teungku.hasan. di.tiro.dan. pemikirannya

Teungku Hasan di Tiro dan Pemikirannya

KOMPAS/PRIYOMBODO / Kompas Images


Minggu, 19 Oktober 2008 | 03:00 WIB
Maruli Tobing

Baru beberapa tahun kemerdekaan diproklamasikan,
perang saudara melanda Indonesia. Pemimpin tertinggi
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, SM Kartosoewirjo,
menolak mengakui keberadaan RI. Sementara Soekarno
menuding Kartosoewirjo membentuk negara dalam negara.

Atas perintah PM Ali Sastroamidjojo yang nasionalis
sekuler, tahun 1954 angkatan udara mulai melancarkan
pengeboman secara membabi buta atas desa-desa yang
dikuasai Tentara Islam Indonesia (TII). Pasukan dari
Pulau Jawa kemudian diterjunkan dari udara dan
membakari rumah-rumah penduduk.

Ribuan penduduk tewas dan ribuan lainnya cedera. Isak
tangis terdengar di sana-sini. Pada saat itulah
seorang mahasiswa Indonesia asal Aceh yang belajar
ilmu hukum internasional di University of Colombia
(AS) dan bekerja sebagai staf perwakilan Indonesia di
PBB, New York, mengirim surat kepada PM Ali
Sastroamidjojo.

New York, 1 September 1954 Kepada Tuan Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo Jakarta Dengan hormat,

Sampai hari ini sudah lebih setahun lamanya Tuan
memegang kendali pemerintahan atas tanah air dan
bangsa kita. … Tuan tidak mempergunakan kekuasaan yang
telah diletakkan di tangan Tuan itu untuk membawa
kemakmuran, ketertiban, keamanan, keadilan dan
persatuan di kalangan bangsa Indonesia. Sebaliknya
Tuan telah dan sedang terus menyeret bangsa Indonesia
ke lembah keruntuhan ekonomi dan politik, kemelaratan,
perpecahan, dan perang saudara.

Belum pernah selama dunia berkembang, tidak walaupun
di masa penjajahan, rakyat Indonesia dipaksa bunuh
membunuh antara sesama saudaranya secara yang begitu
meluas sekali sebagaimana sekarang sedang Tuan
paksakan di Aceh, di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di
Sulawesi Selatan, di Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

............ ......... ......

Dan Tuan mengatakan bahwa Tuan telah memperbuat semua
ini atas nama persatuan nasional dan patriotisme.
Rasanya tidak ada suatu contoh yang lebih tepat dari
pepatah yang mengatakan bahwa patriotisme itu adalah
tempat perlindungan yang terakhir bagi seorang
penjahat.

Sampai hari ini sembilan tahun sesudah tercapainya
kemerdekaan bangsa, sebagian besar bumi Indonesia
masih terus digenangi darah dan air mata… yang
kesemuanya terjadi karena Tuan ingin melakukan
pembunuhan terhadap lawan-lawan politik Tuan. Seluruh
rakyat Indonesia menghendaki penghentian pertumpahan
darah yang maha kejam ini....

Persoalan yang dihadapi Indonesia bukan tidak bisa
dipecahkan, tetapi Tuanlah yang mencoba membuatnya
menjadi sukar. Sebenarnya jika Tuan mengambil
keputusan buat menyelesaikan pertikaian politik ini
dengan jalan semestinya, yakni perundingan, maka besok
hari juga keamanan dan ketenteraman akan meliputi
seluruh tanah air kita.

Oleh karena itu, demi kepentingan rakyat Indonesia,
saya menganjurkan Tuan mengambil tindakan berikut:

1. Hentikan agresi terhadap rakyat Aceh, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Kalimantan.

2. Lepaskan semua tawanan-tawanan politik dari Aceh,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, dan Kalimantan.

3. Berunding dengan Teungku Muhammad Daud Beureuh, SM
Kartosoewirjo, Abdul Kahar Muzakar, dan Ibnu Hajar.

Jika sampai tanggal 20 September 1954, anjuran-anjuran
ke arah penghentian pertumpahan darah ini tidak
mendapat perhatian Tuan, …. saya dan putra-putri
Indonesia yang setia, akan mengambil
tindakan-tindakan. ....

Saya

Hasan Muhammad di Tiro

Saat itu Hasan di Tiro bukanlah sosok yang dikenal di
kalangan pemimpin Indonesia. Tadinya ia hanyalah
seorang mahasiswa hukum di Universitas Islam
Yogyakarta, yang memperoleh beasiswa melanjutkan
pendidikan di AS, tahun 1950.

Pada bagian akhir suratnya, pemuda Hasan yang lahir
tahun 1925 di Desa Tanjong Bungong, Kecamatan Kuta
Bakti, Kabupaten Pidie (NAD), mengancam akan
mengobarkan kampanye internasional untuk membeberkan
kebrutalan tersebut, dan "kami akan mengusahakan
bantuan moral dan materiel bagi Republik Islam
Indonesia dalam perjuangannya menghapus rezim teroris
Indonesia."

Bangsa yang semu

Hasan Tiro memberi batas waktu bagi PM Ali untuk
menghentikan agresi militernya selambat-lambatnya 20
September 1954. Pemerintah Indonesia menjawab dengan
mengultimatum Hasan Tiro kembali ke Indonesia
selambat-lambatnya tanggal yang sama.

Keduanya ternyata tidak memenuhi batas waktu yang
ditetapkan. Hasan Tiro segera menyatakan dirinya
sebagai duta keliling dan wakil tetap NII di AS serta
PBB. Sementara Pemerintah RI mengambil tindakan dengan
membatalkan paspor Hasan Tiro dan meminta AS
mengusirnya.

Pihak Imigrasi AS di New York sempat menahan Hasan
Tiro. Ia dibebaskan dengan uang jaminan 500 dolar AS.
Belakangan, Pemerintah AS memberinya izin tinggal dan
kewarganegaraan.

Sejak itu Hasan Tiro aktif berkampanye di forum-forum
internasional. Mendesak negara-negara Islam agar
memboikot Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung.
Alasannya, Pemerintah RI telah membunuh para ulama di
Aceh, Jabar, Jateng, Sulsel, Sulteng, dan Kalsel.
Hasan Tiro juga membuat laporan ke PBB.

Perwakilan Indonesia di PBB membantahnya dan menyebut
Republik Islam Indonesia yang diwakili Hasan Tiro
hanya sebuah imajinasi. Republik tersebut belum pernah
ada, kecuali gerombolan bersenjata yang menimbulkan
gangguan keamanan.

Tahun 1957, Hasan Tiro menulis buku, Demokrasi untuk
Indonesia, dalam bahasa Melayu dan Inggris. Buku
tersebut mengupas konsep kebangsaan dan mengkritik
pemahaman Bung Karno mengenai bangsa, demokrasi, dan
Pancasila.

Menurut Hasan Tiro, Indonesia adalah nama yang muncul
pada abad XIX. Jauh sebelumnya di Nusantara sudah
lahir kerajaan-kerajaan berdaulat. Tetapi, Soekarno
menganggap apa yang ada dalam angan-angannya mengenai
suatu bangsa bernama Indonesia adalah kenyataan.

Maka bukan hal mengejutkan jika Pemerintah RI begitu
gampangnya melakukan bumi hangus. Bahkan tidak ada
orang yang peduli. Padahal jika bangsa Indonesia
merupakan sesuatu yang nyata, peristiwa ini akan
membangkitkan solidaritas. Lagi pula tidak ada
pemerintah di dunia ini yang tega membantai bangsanya
sendiri, kecuali terhadap bangsa lain.

Ironisnya, Soekarno mengira penderitaan yang sama di
bawah penjajahan kolonial dapat mengikat berbagai suku
bangsa menjadi suatu bangsa yang bersatu. Ia lupa
bahwa kolonial Belanda menguasai luar Jawa baru pada
abad XIX. Sementara Jawa dijajah belanda pada abad
XVII. Dengan sendirinya, derajat penderitaannya juga
berbeda.

Menurut Hasan Tiro, pemikiran Soekarno mewakili apa
yang disebut sinkretisme Jawa. Salah satu produknya
adalah Pancasila, yang diklaim Soekarno digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Hasan Tiro berkesimpulan, satu-satunya yang bisa
mengikat penduduk Nusantara dan melahirkan rasa
kebersamaan sebagai suatu bangsa adalah agama Islam.
Agama yang dianut mayoritas penduduk sejak ratusan
tahun silam.

Membangun basis gerilya

Dalam perjalanan waktu, pemikiran Hasan Tiro ikut
mengalami perubahan. Ia kecewa setelah berakhirnya
perlawanan DI/TII. Para pemimpin DI/TII lebih banyak
memilih menyerah ketimbang memperjuangkan cita-citanya
sampai titik darah terakhir.

Ia kemudian membandingkan perjuangan bersenjata di
berbagai negara dan menyimpulkan, stamina separatisme
ternyata jauh lebih kuat ketimbang sekadar mengganti
ideologi negara. Secara historis dan kultural hal ini
terbukti dalam perlawanan rakyat Aceh terhadap
kekuasaan kolonial Belanda.

Sosok Hasan Tiro sendiri tahun 1970-an berubah menjadi
pengusaha sukses di New York, AS. Hubungannya yang
dekat dengan pemimpin Timur Tengah ikut memperlancar
bisnisnya. Ia pernah menjadi penasihat Raja Faisal
dari Arab Saudi dalam konferensi Islam internasional,
tahun 1974. Berkat hubungannya dengan Khadafy,
pemimpin Libya, ia dapat mendatangkan pemuda Aceh
mengikuti latihan militer di negara tersebut.

Pada usia 51 tahun, Hasan Tiro akhirnya memutuskan
kembali ke Aceh untuk mengawali suatu bentuk
perjuangan baru, yakni Aceh merdeka. Dalam bukunya
Price of Freedom: Unfinished Diary of Hasan Di Tiro
(1984), ia menulis, dalam usia seperti ini sungguh
tidak mudah meninggalkan bisnis yang sukses, kemewahan
New York, serta anak dan istri yang cantik. Apalagi
harus bergerilya di hutan belantara.

Hasan Tiro akhirnya berangkat ke Malaysia dan
menyeberang Selat Malaka dengan menumpang perahu
nelayan. Dengan berbekal tiga pistol dan dua senjata
berburu, doublelope, Hasan Tiro bersama belasan orang
membangun basis gerilya di kawasan hutan gunung
Halimun.

Tokoh masyarakat dan ulama datang silih berganti dan
menanyakan, mana senjatanya? Hasan Tiro menjawab,
senjata bukan hal segalanya. Pada masa lalu banyak
senjata peninggalan Jepang, tetapi tidak membawa hasil
apa-apa. Hal yang lebih penting dari senjata adalah
membangkitkan kesadaran melalui pendidikan dan
propaganda.

Hasan Tiro mendeklarasikan kembali kemerdekaan Aceh, 4
Desember 1976, serta mendirikan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) sebagai bentuk pemerintahan darurat. Deklarasi
ini disebarluaskan ke berbagai media internasional.

Akibatnya, rezim Soeharto murka dan mengirim ribuan
algojo ke Aceh. Banjir darah kembali terjadi. Tetapi
kali ini bersinergi dengan cita-cita perjuangan Aceh
merdeka. Dengan kata lain, kebiadaban tersebut
membuktikan bahwa mereka ditindas oleh kolonial
Indonesia-Jawa. Maka perlawanan justru makin marak
dari tahun ke tahun.

Hasan Tiro sendiri akhirnya tertembak dalam suatu
pernyergapan TNI, tahun 1979. Pada tahun itu juga ia
meninggalkan Aceh melalui jalur laut. Menurut Zakaria
Saman, saat itu kaki Hasan Tiro keserempet peluru.
Tetapi TNI mengumumkan ia tewas tertembak dan
pengikutnya sempat melarikan mayatnya. Rezim Orde Baru
beberapa kali mengumumkan Hasan Tiro meninggal.

Send instant messages to your online friends http://au.messenger .yahoo.com


____________ _________ _________ _________ _________ __
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail. yahoo.com


__._,_.___
Only on Yahoo!

World of Star Wars

Meet fans, watch

videos & more.

Yahoo! Search

Find it faster

with Yahoo!

shortcuts.

Moderator Central

An online resource

for moderators

of Yahoo! Groups.

.

__,_._,___

No comments: