CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Monday, November 30, 2009

[kcb-milis] Ulasan Spesial dari film Ketika Cinta Bertasbih 2

 

http://muhammadtaufiq.wordpress.com/

Ulasan Spesial dari film Ketika Cinta Bertasbih 2 :

Two Thumbs!

 

Setelah berpekan-pekan saya menantikannya, akhirnya pekan ini film Ketika Cinta Bertasbih 2 mampir di Plaza Jombang. Dalam penantian panjang itu, tak kurang 3 kali saya membaca kembali novel Ketika Cinta Bertasbih. Itu karena saya ingin membuktikan apakah proses Ekranisasi alias adaptasi novel ke layar lebar sesuai harapan pembaca novelnya. Saya tidak ingin kenikmatan yang saya rasakan saat membaca novel menjadi hilang setelah menonton filmnya.

Hasilnya?

Wow, menakjubkan!

Saya harus memberi two thumbs. Satu untuk Chaerul Umam, dan satu lagi untuk Imam Tantowi. Kolaborasi dan kerja keras mereka sungguh menjadikan film hasil transformasi ke layar lebar ini senikmat novelnya! Salut!

Imam Tantowi pandai benar mensortasi dengan memilih adegan di novel yang tidak perlu difilmkan. Dengan tidak adanya tokoh Zumroh, membuat kerapatan dan kecepatan alur cerita dapat terjaga, sehingga tidak sampai menimbulkan alur ganda yang dapat membingungkan penonton.

Kemampuan mengadaptasi dengan memilah mana yang pokok dan cabang inilah menjadikan Imam Tantowi layak menyandang sebagai penulis skenario terbaik negeri ini!

Pun Chaerul Umam yang mampu meracik adegan demi adegan di film Ketika Cinta Bertasbih 2 dengan padat konflik dan lebih dramatis. Bukan konflik emosional yang meledak-ledak, tetapi konflik tokoh dengan kondisi yang tengah menimpanya. Itu terbaca bagaimana ketat dan terjaganya alur cerita hingga klimaks bertambah klimaks sampai akhir cerita. Sungguh alur yang halus dan runtut! Bahkan, jika ada penonton yang sebelumnya tidak pernah menonton film Ketika Cinta Bertasbih 1 atau membaca novelnya, saya yakin penonton tersebut dapat memahami alur cerita di film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini dengan baik.

Juga kemampuan akting tokohnya. Baik tokoh utama, figuran, protagonis, ataupun antagonis, semuanya terlihat berkembang. Ditambah lagi hadirnya tokoh-tokoh baru yang membuat film lebih berwarna. Bahkan saat Cholidi Asadil Alam dan Dude Herlino beradu akting, keduanya terlihat berimbang dan mengesankan.

Jika di film Ketika Cinta Bertasbih 1 saya mengatakan Furqon hanya bermodal tampan Korea saja, maka kali ini kemampuan akting Furqon  sungguh luar biasa. Puncaknya saat ia beradu akting dengan Anna di sebuah kamar hotel. Sip!

Chaerul Umam sengaja membuat ending cerita sedikit terbuka dengan menambahkan pertemuan Furqon dan Eliana di rumah Kiai Lutfi, juga ketidakjelasan perjodohan Ilyas dan Husna. Belum lagi kisah cinta tak berbalas Hafez kepada Cut Mala. Wajar kiranya jika saya sangat berharap hadirnya film Ketika Cinta Bertasbih 3 untuk menjawab semua itu.

Dengan adaptasi yang sempurna, kekuatan akting yang matang dan berimbang, kontrol kecepatan alur cerita yang terjaga, manajemen konflik yang apik, penyelarasan kostum, pengambilan sudut pandang yang pas, hingga musik yang OK, wajar kiranya jika saya mengatakan inilah film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton! Selamat!

Dan akhirnya, saat film usai, saya pun keluar dari Plaza, entah mengapa saya melihat mereka tersenyum-senyum sendiri ... .

* * *

__._,_.___
.

__,_._,___

No comments: