CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Wednesday, November 18, 2009

[kcb-milis] Menangislah Jika Itu ...

 


Menangislah Jika Itu ...

Oleh Iffa Lathifah

 

Menangislah, sebab itu merupakan tanda keyakinan dan kebenaran sebagaimana firmanNya, "Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad SAW), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui." (QS. Al-Ma'idah; 5 : 83).

Ingatkah kapan kita terakhir kali menangis? Apakah yang menyebabkan kita menangis? Dalam hidup kita pasti pernah menangis, karena berbagai sebab. Tetapi pernahkah kita menumpahkan air mata karena mengharapkan Rahmat Allah Azza wa Jalla, bahkan merindukan perjumpaan dengan Allah SWT? Ataukah hati ini sudah teramat keras untuk menangis karena tersentuh nikmat Allah di hadapan kita?

Begitu mahalnya harga tetesan air mata yang mengalir saat khusyuk menghadapNya, sehingga mata yang menangis karena takut dan rindu kepada Allah tidak akan tersentuh api neraka. Bahkan Rasulullah SAW yang terjaga dari dosa-dosa selalu menitikkan air mata karena berharap berjumpa denganNya.

Dengan kata-kata indah, dan bahasa yang menyentuh, mari kita belajar menangis karena merindukan rahmat dan cinta kasih Allah SWT. Sebuah tangisan spiritual yang mampu melahirkan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat nantinya.

Menangis adalah bagian dari kehidupan, karena ia menjadi bagian kehidupan yang sangat dekat dengan kita. Ini berangkat dari logika sesuatu yang sering kita kerjakan dan menjadi bagian dari kebiasaan, maka hal yang jarang dipertanyakan. Karena jarang dipertanyakan, maka kita mengalami kesulitan untuk membaca dan mencermatinya.

Menangis adalah hal yang lumrah, tidak ada satupun manusia di dunia yang tidak pernah menangis. Bahkan awal mula tangisan adalah sebuah perkenalan manusia terhadap kehidupan semesta, yakni ketika anak manusia dilahirkan dari rahim seorang ibu.

Tapi apa artinya sebuah tangisan? Apakah ia merupakan bahasa rasa yang datang dari kedalaman jiwa untuk mengungkapkan misteri? Untuk sementara, kita bisa mengatakan bahwa tangisan memang mewakili bahasa jiwa yang tengah terguncang dan bergejolak tentang kesedihan dan kegembiraan, juga tentang kesenangan dan kebahagiaan.

Adakah tangisan mengisyarakat jiwa yang lemah, bahwa karena lemahnya jiwa, karena jiwa tidak kuasa menghadapi cobaan dan tantangan yang menyudutkannya, lalu jiwa terkulai dan pecah tangis adalah perwujudannya? Walaupun demikian, tepatkah untuk kita katakan bahwa jiwa yang lemah menyebabkan kita menangis, sehingga jiwa yang kuat tidak mengeluarkan tangisan? Benarkah jiwa seseorang dikatakan kuat ketika ia tidak menangis dan jarang menangis?

Secara pintas kita menemukan bahwa menangis sama dengan manifestasi dari kelemahan jiwa. Kita justru menemukan betapa lemah jiwa orang yang jarang menangis walau kita tidak bisa menganggap bahwa menangis sama dengan lemahnya jiwa itu sendiri. Menangis merupakan salah satu perwujudan emosi yang dimiliki makhluk hidup. Tidak hanya manusia saja bisa menangis, binatang pun bisa.

Memang menangis berhubungan dengan perasaan sisi emosi diri kita. Karena menangis berhubungan dengan perasaan dan perasaan tidak bisa dikendalikan dengan perintah dan larangan, maka hanyalah rasa yang bisa mengendalikan kita untuk menangis atau menahan air mata. Andaikan kita dipaksa menahan peristiwa tertentu, kita tidak akan pernah bisa menangisinya, kalau emosi kita tidak mendorongnya. Maka jika kita menangisinya, tangis kita bukan karena sesuatu, melainkan karena ketertekanan kita pada orang yang menyuruh kita, dan perasaan hanya bisa dikendalikan oleh diri sendiri.

Kita kadang sering menangisi hal-hal yang kecil dan tak menggetarkan. Sedang terhadap hal-hal yang besar dan mengguncangkan, kita kadang jarang menangis. Itulah hati nurani yang bisa menyebabkan kita sedih, kecewa, marah, sabar, ramah, malu, ceria, dan sebagainya. Hati nurani tidak akan pernah bisa menipu diri, yang mana berbeda dengan otak yang bisa menipu.

Maka tangisan jiwa adalah tangisan yang akan melatih kelembutan hati dan perasaan kita, melatih ketajaman akal dan pikiran kita, melatih kehalusan budi pekerti dan melatih cinta kasih sayang kita sebagai seorang manusia dan hambaNya yang lemah.

Demikianlah menangis dan menumpahkan air mata sanggup untuk menjaga prinsif keseimbangan jiwa dan spiritual, bukan sekedar menangis yang menumpahkan air mata belaka. Coba kita renungkan peringatan Rasulullah SAW, "Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis."

Sumber: kota santri


--
visit www.sigitwahyu.net
ilmu dan hikmah
balancing mind and soul





























__._,_.___
.

__,_._,___

No comments: