CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sunday, June 28, 2009

[kcb-milis] Trs: [relawan_pelangi] (Seharusnya) Semua Bisa Sekolah





--- Pada Ming, 28/6/09, chairul musthafa <iroel4@yahoo.com> menulis:

Dari: chairul musthafa <iroel4@yahoo.com>
Topik: [relawan_pelangi] (Seharusnya) Semua Bisa Sekolah
Kepada: sman4jkt-92@yahoogroups.com, "kumpulan alumni" <SMA4_92@yahoogroups.com>, simbiosis4-92@yahoogroups.com, relawan_pelangi@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 28 Juni, 2009, 9:03 AM

Pagi tadi agak telat bangun, mungkin karena semalam agak sulit memejamkan mata, selepas subuh kembali kantuk ini tidak bisa di tahan, sampai jam 10 baru baru bangun, wah rezekinya keburu di patok ayam yah..
sengaja langsung keluar teras rumah berharap tak tertinggal matahari pagi.
belum juga merasakan sinarnya, saya sudah di datangi seorang ibu yang malu malu bicara ke saya :

Ibu : baru bangun om..

saya ; iya bu, lagi kesiangan nih, semala susah tidur. ada apa bu, ? mau kemana ? tanya saya

ibu : gini om, mau minta tolong sama om...

saya : oiyah bu silahkan ada yang bisa saya bantu ??

ibu : anak saya, mau masuk kerja, bisa tolong bantu.

saya : hmm.. oh, setengah kaget di todong pertanyaan itu
       mau kerja apa bu ?

Ibu : kerja apa aja om, yang penting di kantor, kebetulan bisa komputer.

** saya sedikit senang mendengar si anak bisa komputer

saya : oh gituh, yah udah coba aja lamarannya nanti saya liat apakah bisa saya bantu.
       dulu sekolah SMA atau SMK dimana ? tanya saya lagi

Ibu : enggak sampai SMA om...

saya : oh... ijazah SMP yah bu...

Ibu : enggak juga om, cuma lulus SD, habis lulus SD gak punya Biaya nerusin eh langsung saya kawinin...

saya : Glek..** sambil bengong dengan muka yang belum mandi..

ibu : tapi sekarang udah cerai om, makanya mau kerja di kantor aja..


mungkin akan banyak cerita sejenis dan mungkin ada di sekitar kita. memang belakangan ini saya lagi memproyeksikan bersama beberapa teman untuk membantu anak anak yang putus sekolah. semoga akan berjalan dengan baik
sama seperti cerita sahabat saya di bawah ini.... semoga menyentuh.. ( roel )



(Seharusnya) Semua Bisa Sekolah

Sebuah pesan singkat masuk ke telepon seluler, "Ada salam dari Kiki, dia lulus SMP tapi tidak bisa melanjutkan ke SMA. Dia mengalah demi masa depan adik bungsunya yang juga lulus SD dan melanjutkan ke SMP…"

Entah berapa banyak Kiki di negeri ini yang terpaksa menggantungkan harapannya untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ratusan ribu anak seperti Kiki harus rela menyudahi mimpinya meraih kesempatan merajut harapan tertinggi seperti anak lain seusianya. Bangku SMA tinggal kenangan baginya, sama halnya dengan anak-anak lain yang senasib dengan Kiki, baju seragam akan terlipat rapih di dalam lemari bobroknya, sepatu yang sudah sobek teronggok di sudut rumah sempit, dan topi sekolahnya tergantung sendirian di dinding gubuk kecil yang kusam.

Kiki dan ratusan ribu anak lainnya hanya bisa menunggu nasib yang tak pasti, menggantang mimpi kapan mereka akan bisa sekolah lagi. sepatu yang teronggok di sudut rumahnya dipandangi tak henti membayangkan saat-saat ia akan kembali melangkah ke ruang kelas belajar. Sekolah gratis hanya slogan yang sejenak membangunkannya dari mimpi, namun mendapati kenyataan yang ada, ia harus mengubur lagi harapan itu dalam-dalam. Sekali lagi, bukan hanya Kiki, ratusan ribu anak lain pun tengah mengubur dalam-dalam harapannya. Sebagian lagi masih setia menunggu uluran tangan yang mampu mengubah putus asa menjadi harapan.

Ayah Kiki hanya pekerja serabutan, buruh keliling yang bekerja apa saja demi mendapatkan uang untuk makan sehari-hari dan memupuk sedikit demi sedikit receh untuk membeli seragam sekolah, tas, dan buku anak-anaknya. Meski kenyataan pahit harus diterima, sang Ayah hanya mampu membiayai uang masuk sekolah untuk satu anak saja. Sebagai anak yang lebih tua, Kiki pun mengalah. Ia merasa sudah cukup sampai di jenjang SMP, sementara adiknya masih harus masuk SMP.

Namun, benarkah Kiki merasa cukup sampai di bangku SMP saja? Tak adakah keinginannya untuk terus sekolah setinggi-tingginya? Tentu saja tidak! Kiki atau siapapun anak-anak di negeri ini memiliki cita-cita dan harapan tertinggi, jika bisa ia akan terus bersekolah sampai tak ada lagi jenjang yang lebih tinggi dari sekolah yang pernah ada di belahan bumi manapun. Kiki dan anak-anak lainnya takkan merasa cukup bersekolah sampai SD, SMP atau SMA saja, mereka ingin menjangkau bangku pendidikan yang lebih tinggi dari yang bisa ia raih saat ini.

Berapa banyak anak seperti Kiki yang harus mengalah demi adiknya? Berapa banyak Ayah yang menahan gemuruh di dadanya menerima kenyataan bahwa ia harus memilih satu dari sekian anaknya untuk terus bersekolah, sementara yang lain harus menelan kembali ungkapan cita-cita yang pernah ia lantangkan di depan kelas saat di bangku Sekolah Dasar. "Engineer", "Dokter", "Pilot", "Presiden", dan ratusan cita-cita lain yang pernah terlontar dari mulut-mulut kecil anak di sekolah dasar, kini tak lagi bisa mereka ucapkan karena mereka tak mungkin meraihnya. "Sekolah saja tidak, bagaimana bisa jadi dokter?"

Kalimat apa yang mampu menenangkan anak-anak seperti Kiki untuk tetap ikhlas menerima kenyataan tak lagi bisa bersekolah? Tidak ada! Pujangga manapun takkan mampu merangkai kalimat yang bisa menenangkan jiwanya. Gundah di hati Kiki hanya akan teredam hingga ia mendapat kepastian akan kembali bersekolah, berseragam dan menerima pengajaran serta bercengkerama dengan teman-teman sekolahnya.

Tak satupun psikolog yang bisa mengembalikan senyum Kiki, serta ratusan ribu anak lain di negeri ini yang tak lagi bersekolah lantaran terbentur biaya masuk. Senyum mereka hanya akan kembali mengembang saat duduk di bangku sekolah, bukan di jalan raya mengasong dagangan, mengamen dari bis ke bis, memulung barang bekas atau menjadi kuli panggul di pasar.

Sobat, kita bukan pujangga karena kita pun tak mampu merangkai kata indah untuk menenangkan jiwa anak-anak seperti Kiki. Dan memang bukan pujangga yang diperlukan Kiki. Kita juga bukan psikolog yang harus terus menerus datang merayu, membujuk agar ia kembali tersenyum walau harus menerima kenyataan pahit tak lagi bersekolah. Sudah pasti, Kiki dan anak lainnya tak perlu psikolog. Tetapi sobat, kita bisa menjadikan hari-hari Kiki kembali cerah, senyumnya akan mengembang dan mimpinya kembali berbunga hanya dengan satu bentuk kepedulian. Seharusnya, semua bisa sekolah. (Gaw)





…....Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

(Q,S Ar Ra'd (13) ;28 )

 




Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini!

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments: