CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Tuesday, June 30, 2009

[kcb-milis] Ketika Film Bertasbih di Koran Tempo



Published on Jun 26 2009,Page 12
   
Ketika Film Bertasbih
Budiyati Abiyoga, PRODUSER FILM
   
Film Indonesia mencatat fenomena luar biasa dengan hadirnya film Ketika Cinta Bertasbih garapan Chaerul Umam, yang pada hari kelima pemutarannya di bioskop telah menghadirkan sekitar 600 ribu penonton. Sedangkan terakhir ini film-film yang mampu bertahan di bioskop hanya dapat meraih 300 ribuan penonton selama dua sampai tiga minggu. Film-film box office mengumpulkan di atas 2 juta penonton setelah dua sampai tiga bulan beredar. Dari menonton film KCB, saya melihat bahwa fenomena film itu bukan semata dari aspek pasar, konsumen, atau industri, tetapi juga dari aspek kreativitas.
Sekitar 20 tahun yang lalu, dalam diskusi dengan komunitas remaja suatu masjid, saya bersama sutradara Chaerul Umam dimintai pendapat tentang film Islami. Dalam diskusi itu peserta tidak hanya memasalahkan gambar yang ditampilkan seronok, tetapi juga proses pembuatan gambar yang menyalahi ajaran Islam. Contoh sederhana saja, pemain yang dalam cerita memerankan tokoh suami-istri apakah boleh bergandengan tangan atau berpelukan, padahal dalam kehidupan nyata mereka bukanlah muhrim?
Karya film mencerminkan perikehidupan di sekitar kita, sehingga memang sulit menghindarkan gambaran yang non-Islami dalam film, walaupun secara utuh film tersebut mengemban misi Islam. Film adalah media audiovisual, sehingga suatu kondisi yang buruk sekalipun sering kali perlu ditampilkan dalam gambar, jadi bukan cuma terbatas dalam ucapan. Misalnya saja pemerkosaan, penyiksaan, pembunuhan, mistik. Kesan atas kondisi tertentu memang dapat diperoleh tanpa menunjukkan gambar-gambar nyata. Jadi, masalahnya kemudian, bagaimana menciptakan kesan yang diharapkan akan terbangun dalam diri penonton melalui gambar, serta bagaimana proses pembuatan gambar dapat dilakukan tanpa menyalahi ajaran Islam
Film Titian Serambut Dibelah Tujuh (TSDT) karya Chaerul tahun 1982 menampilkan roh Islami dengan setting pedesaan nun di mana, sebagai set rekaan. Baik-buruk ditampilkan secara sangat hitam-putih. Guru muda yang teguh iman melawan kebatilan berhadapan dengan berbagai tokoh: guru agama kolot yang tidak menghendaki pembaruan, tokoh kaya yang bejat moral, penjudi, homoseksual, pemuda berandal yang tukang perkosa, istri tokoh kaya yang memfitnah karena cintanya kepada guru muda bertepuk sebelah tangan.
Lengkaplah kesulitan meniti rambut yang sudah tipis terbelah tujuh pula. Hitam-putih ini masih diperjelas dengan kehadiran musafir tua yang menyampaikan informasi panutan. Film ini meraih 10 nominasi FFI tahun 1983, termasuk nominasi untuk film dan sutradara terbaik dan meraih Citra untuk skenario. Juga terpilih menjadi film drama terbaik PWI 1983. TSDT merupakan remake film tahun 1959 dengan judul dan penulis skenario yang sama, Asrul Sani, yang waktu itu juga sekaligus menyutradarai.
Saya tidak menonton film pertama Chaerul Umam Al Kautsar, tapi dari Katalog Film Indonesia 1926-2005 (penulis J.B. Kristanto, penerbit Nalar), tampaknya pesan baik-buruk juga disampaikan secara hitam-putih dengan setting Desa Sekarlangit nun di luar Jawa. Guru muda berhadapan dengan guru tua yang tidak menghendaki pembaruan, juga menghadapi tokoh-tokoh penjudi, pembunuh, pemfitnah. JB Kristanto mencatat aspek kreatif yang menarik dalam ilustrasi musik film ini, yaitu penyajian paduan suara dengan lagu-lagu salawat sebagai unsur utama. Al Kautsar, yang berarti "nikmat yang banyak", meraih dua piala Festival Film Asia-Pasifik ke-23 tahun 1977 di Bangkok sebagai film yang mengangkat sosial-budaya dan untuk sound recording.
Diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang penjualannya meledak, setting film KCB bukan antah berantah atau nun di mana, melainkan sangat realistis yaitu Kairo dan Indonesia. Tokoh utamanya mahasiswa Indonesia di Kairo yang berjualan tempe. Kita akrab dengan kondisi ini, yang juga dapat ditemui di kampus-kampus Indonesia sampai universitas terpandang, seperti UI, GAMA, ITB, tempat banyak mahasiswa melanjutkan studi sambil bekerja sambilan apa pun, seperti berjualan roti bakar, makanan lesehan, sablon kaus, jaket, sampai mendatangkan kambing dari kampung untuk Hari Raya Kurban. Di Eropa, Amerika, dan Australia, banyak mahasiswa Indonesia yang bekerja sambilan, dari menjadi pelayan restoran sampai cleaning service.
Saya tidak berada di komunitas pesantren atau yang spesifik Islam, sehingga film itu memberikan pemahaman, keikutsertaan merasakan, mengenai pola pikir, perasaan dan kehidupan banyak muslim di sekitar kita, yang tidak terlepas dari percintaan remaja, dan lingkungan campuran antara yang fanatik dan yang moderat. KCB menghadirkan kesegaran, menggabungkan senyum geli dan keharuan. Ilustrasi musik garapan Melly Goeslaw dan Anto Hoed sangat dinamis, nuansa padang pasir disajikan dengan beat yang menyentak, digabung dengan soundtrack lagu-lagu mutakhir. Bisa dinikmati bukan semata oleh penonton yang spesifik mengharapkan tontonan film Islami, tetapi juga oleh penggemar film Hollywood sekalipun.
Tampaknya, kreativitas content (isi) itulah yang mengantar KCB sekaligus mampu menjangkau konsumen yang memang biasa menonton film mainstream (arus utama) Indonesia atau Hollywood. Indikasi ini terlihat dari pengamatan associate saya, Abiprasidi. Di PIM, misalnya, KCB diputar di dua layar dan dipenuhi anak-anak muda trendi yang kebanyakan tidak menampilkan identitas kemusliman seperti kerudung. Ditambah lagi penonton spesifik dengan identitas kemusliman yang membludak di bioskop-bioskop lainnya, dari kalangan remaja dan keluarga.
Film KCB diputar sekaligus selain di Indonesia juga di tujuh negara Asia lainnya, yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura. Di samping itu juga di Kairo (Afrika) dan Australia. Apabila film KCB dapat menjadi lokomotif yang menggandeng film-film Islami dengan nuansa serupa, atmosfer ini akan menjadi tahapan baru dalam perfilman kita.


   



New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments: