CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sunday, May 31, 2009

Re: [kcb-milis] Miskin Tapi Bermartabat



benar kaleee!!!!!!
semoga kita bisa mewujudkannya menjadi KAYA YANG BERMARTABAT
amin ya robbal alamin.
KEEP SMILE and ISTIQOMAH
salam ta'aruf


--- Pada Sab, 30/5/09, Budi Setiawan <setiawan_este@yahoo.com> menulis:

Dari: Budi Setiawan <setiawan_este@yahoo.com>
Topik: Re: [kcb-milis] Miskin Tapi Bermartabat
Kepada: kcb-milis@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 30 Mei, 2009, 2:00 PM

JADI ORANG KAYA DAN BERMARTABAT, ITU YANG IDEAL,... IYA GA BANG..!

Best regard :http://www.clubdbs. com/?id=este

--- On Thu, 5/28/09, Ryan Sanjana <ryan_sanjana@ yahoo.co. id> wrote:

From: Ryan Sanjana <ryan_sanjana@ yahoo.co. id>
Subject: [kcb-milis] Miskin Tapi Bermartabat
To: kcb-milis@yahoogrou ps.com
Date: Thursday, May 28, 2009, 5:48 PM

Miskin Tapi Bermartabat

 
Coba ajukan pertanyaan kepada khalayak, "Di lingkungan ini siapa yang tergolong miskin?". Bagi masyarakat yang benar-benar miskin sudah lumrah untuk tunjuk tangan dan mengaku miskin karena keadaan sebenarnya memang benar-benar miskin. Hal itu bisa ditunjukkan dengan kenyataan, misalnya ia tidak punya rumah, tinggal di sebuah rumah petak kecil, tidak ada peralatan mewah di dalam rumahnya seperti televisi, tidak juga memiliki kendaraan. Kepala keluarga dan anak-anaknya tak memiliki alat komunikasi berupa telepon selular, pakaian seadanya, dan makan pun boleh dibilang susah.
Tetapi sekadar diketahui, ada segolongan orang yang ketika mendapat pertanyaan tersebut memiliki dua versi jawaban, tergantung kondisi dan maksud apa pertanyaan tersebut diajukan. Jika maksudnya hanya untuk mengelompokkan antara orang berkecukupan (baca: kaya) dan orang miskin, maka ia akan menjaga gengsinya untuk berdiri di jajaran orang kaya. Namun kalau maksud pertanyaan itu untuk mendata orang yang akan mendapatkan jatah sembako gratis, pengobatan gratis, kompor gas dan tabung gratis, maka orang yang semula mengaku kaya pun mendadak miskin.
Orang yang hidup berkecukupan dan bergelimang harta, kadang merasa iri kepada orang miskin. Misalnya ketika ada pembagian kompor dan tabung gas sebagai pengganti minyak tanah, ada orang yang marah karena tidak mendapatkan jatah. Ketua RT dan RW-nya sengaja tidak mencantumkan namanya dalam daftar penerima karena ia tergolong kaya. Padahal, ia sudah bertahun-tahun menggunakan kompor gas. Kalau ingin mengganti, ia bisa membeli sendiri kompor yang baginya tak seberapa harganya itu.
Sebaliknya, lebih banyak lagi orang miskin yang iri kepada orang kaya. Iri melihat rumah tetangganya bagus dan setiap tahun direnovasi, tetangganya punya mobil baru, ganti televisi, bisa pergi rekreasi setiap akhir pekan, pakaiannya bagus dan mahal, dan hal-hal konsumtif lainnya.
Berbeda sekali dengan orang yang dianggap miskin di Kota Madinah di masa Rasulullah. Di Kotas Madinah yang damai, beberapa orang miskin dari kaum Muhajirin menemui Rasulullah. Di hadapan Rasul yang mulia tersebut, orang-orang itu mengadukan sedikit kegundahan mereka. Tidak dalam nada protes, hanya sekedar memohon penjelasan.
"Wahai Rasulullah, alangkah beruntungnya orang-orang kaya, mereka bisa berjuang seperti kami, akan tetapi mereka juga bisa berinfak dengan kekayaan yang mereka miliki. Sementara kami tidak." Begitulah keluhan yang orang-orang miskin itu sampaikan kepada Rasulullah.
Mendengar pengaduan itu, Rasulullah menjawab dengan penuh kasih sayang... "Maukah kalian aku beritahu tentang amalan yang bisa menjadikan diri kalian seperti mereka? Bacalah, tasbih (Subhanallah) tiga puluh tiga kali, tahmid (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali dan takbir (Allahu Akbar) tiga puluh tiga kali usai shalat."
Mendengar jawaban dari Rasulullah itu, orang-orang miskin itupun lega, mereka pulang dengan membawa ketenangan dan kedamaian. Tetapi beberapa waktu kemudian, orang-orang kaya di Kota Madinah juga mendegar tentang amalan yan diajarkan Rasulullah kepada orang-orang miskin itu. Dan, orang-orang kaya itupun membaca wirid seperti yang dilakukan oleh orang-orang miskin itu. Mereka mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir setiap usai melaksanakan shalat.
Mendengar hal itu, orang-orang miskin di Kota Madinah kembali menghadap Rasulullah, serta menjelaskan apa yang terjadi. Bahwa orang-orang kaya juga melakukan apa yang mereka lakukan. Akhirnya Rasulullah pun memberi jawaban bahwa itu adalah karunia yang diberikan Allah SWT. kepada siapa yang Ia kehendaki.
Kisah ini sangat indah menggambarkan bermartabatnya orang-orang miskin di masa itu. Apa yang mereka keluhkan di hadapan Rasulullah bukan perkara kemiskinan dalam konteks konsumtif seperti tidak bisa makan enak, banyaknya hutang, tidak punya pakaian bagus atau kendaraan. Mereka iri kepada orang kaya karena selain bisa beribadah dengan tenang, orang kaya juga bisa berinfak dengan kekayaannya. Orang-orang miskin di Kota Madinah itu sangat ingin memiliki amalan seperti halnya orang kaya, hal itulah yang menjadi delik aduannya di hadapan Rasul.
Kita sering merasa miskin, merasa tidak cukup dengan apa yang dimiliki serta tidak pernah bersyukur atas anugerah yang Allah berikan. Yang kita ributkan soal harta, makanan, pakaian, rumah, kendaraan, bukan perkara produktifitas serta amalan kebaikan.
Orang-orang yang dianggap miskin, sesungguhnya kaya selagi mereka tak cepat putus asa, tak selalu mengeluh dan menangisi nasib, tak mengemis dan selalu berharap belas kasihan dari orang lain, tak menjadikan dirinya beban bagi orang lain. Semasa rasa syukur selalu menjadi kekuatan utama dalam menjalani kehidupan, dan menjadikan Allah satu-satunya tempat bergantung dan meminta, mereka adalah orang-orang kaya.
Mereka menghayati betul firman Allah SWT, "Allah telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim : 34)
Meski kenyatannya mereka miskin, tetapi mereka kaya karena merasa cukup dalam urusan dunia. Lebih kaya lagi karena memiliki senantiasa memiliki rasa untuk iri kepada orang kaya dalam hal kebaikan, punya keinginan kuat untuk bisa melakukan hal seperti yang bisa dilakukan orang-orang kaya dalam hal kebaikan. Inilah yang disebut miskin bermartabat, yang tak menjadikan kemiskinan mereka sebagai alasan untuk tidak berbuat kebaikan, apalagi menjadikan kemiskinan sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara meminta dan berharap belas kasihan. (gaw)warnaislam


Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya!




Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Search

Find it faster

with Yahoo!

shortcuts.

Everyday Wellness

on Yahoo! Groups

Find groups that will

help you stay fit.

Weight Management Group

on Yahoo! Groups

Join the challenge

and lose weight.

.

__,_._,___

No comments: