CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, September 19, 2008

[ketika_cinta_bertasbih] Gaya Hidup Konsumtif dan Global Warming

ISU global warming (pemanasan global) menjadi salah satu isu yang
banyak dibicarakan hingga ke tingkat internasional. Masalah ini
menjadi tanda nyata kerusakan lingkungan.

Global warming dan segala dampak turunannya adalah akibat perilaku
manusia yang tidak memedulikan kelestarian alam. Manusia telah
bersikap terlalu konsumtif dan mengeksploitasi alam secara sporadis.
Kepentingan ekonomi menjadi titik tolaknya. Optimalisasi ekonomi
dengan dukungan teknologi modern saat ini pada gilirannya membentuk
pola hidup manusia yang konsumtif.

Pola hidup yang seperti itu mengakibatkan kerusakan pada lingkungan.
Johannes Berger dalam bukunya The Economy and The Environment
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh berbahaya bagi
lingkungan. Manusia pun mulai sadar terhadap isu ini. Solusi pun
mengemuka, selain berbagai penelitian yang berupaya mencari tahu akar
masalah global warming.

Solusi yang dikampanyekan dan ditawarkan pun beragam, tergantung
penyebabnya seperti mengonversi energi fosil menjadi energi biofuel
dan program penanaman sejuta pohon. Penyumbang masalah global
warmingpun mulai ditinggalkan. Di antaranya illegal logging, polusi
udara, dan pola pertanian konvensional. Lalu bagaimana dengan sampah?
Masalah yang satu ini sering terlewatkan. Padahal jika dirunut, sampah
juga merupakan salah satu penyebab global warming.

Secara logis, tidak mungkin manusia tidak melakukan kegiatan konsumsi.
Setiap kegiatan konsumsi pasti menghasilkan sampah. Namun, jika
konsumsi berlebihan, akan dihasilkan sampah yang berlebihan pula yang
bahkan siklus daur ulang oleh alam pun tidak dapat mengatasinya. Hal
itu seperti yang tertulis dalam Alquran surat Asy-Syura ayat 27 bahwa
ulah manusia yang berlebih-lebihan merupakan penyebab alam menjadi
rusak. Di Kota Yogyakarta saja, menurut data rekapitulasi TPA
Piyungan, pada bulan April lalu telah dihasilkan sebanyak 7.578 ton
sampah.

Karena itu dapat diperkirakan Kota Yogyakarta per tahunnya
menghasilkan 90.000 ton sampah. Sayangnya teknologi modern saat ini
belum memberikan solusi komprehensif dalam pengelolaan sampah. Sampah
sebanyak itu umumnya masih dikelola secara konvensional yang tidak
mampu mengurangi jumlah sampah secara signifikan. Jika memang
Indonesia belum mampu melakukan berbagai solusi yang canggih,misalnya
pengelolaan sampah modern, kita bisa menunjukkan peran dengan mengubah
sedikit demi sedikit pola hidup konsumtif.

Ini bisa dimulai dari hal-hal yang kecil seperti membatasi jumlah
pakaian, sepatu, dan aksesori yang banyak, padahal pemakaiannya
jarang. Ini merupakan tindakan preventif yang dapat mengurangi
banyaknya sampah yang dapat mengakibatkan suhu bumi meningkat.
Bukankah perubahan besar dimulai dari hal yang kecil. (*)

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Entertainment

World of Star Wars

Rediscover the force.

Explore now.

Yahoo! Search

Find it faster

with Yahoo!

shortcuts.

All-Bran

10 Day Challenge

Join the club and

feel the benefits.

.

__,_._,___

No comments: