Dulu kita sahabat teman begitu hangat mengalahkan sinar mentari Dulu kita sahabat berteman bagai ulat , berharap jadi kupu-kupu Kini kita melangkah berjauh-jauhan kau jauhi diriku karena sesuatu mungkin ku terlalu bertindak kejauhan… . Namun itu karena ku sayang….
Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu Persahabatan bagai kepompong hal yang tak mudah berubah jadi Indah Persahabatan bagai kepompong memaklumi teman hadapi perbedaaan Persahabatan bagai kepompong na na na na na…
Semua yang berlalu biarkanlah berlalu seperti hangatnya mentari Siang berganti malam sembunyikan sinarnya hingga dia bersinar lagi Dulu kita melangkah berjauh-jauhan kau jauhi diriku karena sesuatu , mungkin ku terlalu bertindak kejauhan… Namun itu karena ku sayang…..
Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu Persahabatan bagai kepompong hal yang tak mudah berubah jadi Indah Persahabatan bagai kepompong memaklumi teman hadapi perbedaan Persahabatan bagai kepompong kepompongg…..
Seperti beberapa novel garapan sebelumnya oleh penulis yang sama, Habiburahman El Shirazy berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca melalui novel yang terbit dalam dua jilid ini.
Meskipun di jilid pertama ini ceritanya agak loncat-loncat, namun tidak mengurangi keruntutan jalan cerita yang dibangun oleh penulis. Karya dwilogi ini masih bercerita dengan latar belakang Mesir. Pemeran utama dimainkan oleh Abdullah Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang datang jauh-jauh dari pelosok desa di pulau jawa untuk melanjutkan studinya di Mesir. Azzam, demikian nama panggilan pemuda itu, adalah seorang pekerja keras.
No comments:
Post a Comment