Pengertian sederhana dari kata memberi adalah transfer 'nilai' yang
bermanfaat dari makhluk ke makhluk lain. Kata makhluk berarti
perilaku memberi tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga
ciptaan TUHAN YME yang lain. Memberi yang saya maksudkan disini
adalah memberi yang menghasilkan dampak positif dari apa yang kita
berikan. Bukan dampak negatif. Sesuatu 'nilai' yang kita berikan ke
orang lain jika akibatnya buruk, misal ilmu hipnotis yang digunakan
untuk gendam, bisa dikatakan memberi tapi tak bisa menciptakan
keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan kehidupan ini akan
tercipta jika 'nilai' yang kita berikan berdampak baik pada
kehidupan.
Sebenarnya filosofi memberi bisa kita pelajari dari alam, banyak
rahasia yang bisa kita petik jika kita benar-benar memikirkan
ciptaan TUHAN yang begitu agung ini.Bahkan sudah menjadi kewajiban
manusia untuk berpikir merenungkan alam semesta dengan modal akal,
pembeda manusia dengan makhluk lain. Bagi orang islam sungguh banyak
sekali teguran ALLAH SWT dalam Al-Qur'an untuk memanfaatkan
semaksimal mungkin potensi akal yang hanya dimiliki manusia. Kembali
ke filosofi memberi yang diajarkan oleh alam. Ambil saja sebuih
siklus yang terjadi di alam ini. Ciptaan TUHAN yang berupa
langit 'memberi' air hujan ke bumi. Oleh bumi dijadikanlah air-air
hujan ini sebagai sumber-sumber air bagi kehidupan. Sebagian dari
sumber air ini diberikan bumi ke tanaman-tanaman. Air dijadikan
modal bagi tanaman untuk tumbuh hingga masa tuanya. Ketika masa tua
telah tiba, ditunjukkan dengan warna coklat, daun-daun tanaman yang
telah tua jatuh berderai-derai dan memberikannya ke tanah. Sebagian
bakteri-bakteri yang dikandung tanah menguraikannya menjadi 'nilai'
yang bermanfaat lagi, yaitu pupuk. Pupuk hasil olah bakteri ini
kemudian diberikan lagi ke tanaman. Proses ini akan terus menerus
terjadi layaknya sebuah siklus. Siklus yang memberikan sebuah
keseimbangan hidup bagi alam yang bermanfaat bagi manusia. Dari
siklus tersebut bisa dilihat sebuah proses yang mencerminkan rasa
keadilan. Keadilan bagi setiap elemen yang terlibat dalam siklus.
Sama sekali gak ada yang dirugikan. Inilah inti dari keseimbangan
hidup.
Jika kita lihat kehidupan manusia abad ini, kita sedang mengalami
krisis perbuatan 'memberi'. Sungguh. Manusia sekarang sedang terkena
penyakit egois dan keserakahan yang semakin subur. Egois dengan
hanya mementingkan diri sendiri, sama sekali tidak mempunyai empati
bahkan simpati terhadap masyarakat sekitar. Tujuan mereka hanya
keserakahan dengan ambisius mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
tanpa pernah memberi sebagian ke golongan yang membutuhkan. Inilah
akibat dari kesalahan sistem yang diagung-agungkan abad ini, sistem
kapitalis. Membuat orang kaya semakin kaya dan membuat orang miskin
semakin miskin. Sistem ini cenderung 'meminta', bukan memberi. Orang
kaya 'meminta' terus-menerus sehingga jadi semakin kaya dan yang
disesalkan adalah obyek yang 'diminta' orang kaya tersebut adalah
orang miskin, sehingga orang miskin semakin miskin. Dampaknya
sekarang adalah keseimbangan hidup manusia tidak tercapai. Bahkan
sebaliknya, bisa dibilang keterpurukan kehidupan. Hal ini karna
prinsip 'memberi' dan 'keadilan', yang diberikan TUHAN YME lewat
alam semesta, dilanggar manusia. Keterpurukan kehidupan ini akan
tetap terjadi jika sistem kapitalisme yang mementingkan egois dan
keserakahan yang justru berlawanan dengan hukum alam masih tetap
subur di bumi. TUHAN YME telah memberikan begitu banyak petunjuk
bagi hamba-hamba-
dengan keteraturan yang begitu seimbang. Kesejahteraan hidup bagi
seluruh umat manusia haruslah menjadi menjadi tujuan bagi umat bumi.
Karna bumi ini diciptakan untuk keseluruhan penghuni, bukan untuk
segelintir orang.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
No comments:
Post a Comment