Guk..guk!.Guk. "sssssssst….Tiro….Tiro…bisa diam ga. Ini aku" Perempuan itu berbisik berulang-ulang kepada seekor anjing berbulu putih. Ditatapnya sang anjing dengan mata memohon. Sebuah tatapan dengan dengan sedikit permintaan beraroma sumpah serapah. Diamlah anjing keparat!
Sementara di dalam rumah, sepasang mata mengintai untuk sebuah penyergapan. Lengkap dengan senjata dan kata-kata yang siap ditembakan.
Perempuan di depan pagar mengambil sesuatu dari dalam tas. Sebuah Kunci! Kunci cadangan yang diam diam dibuat nya 2 hari yang lalu. Maka, dalam hitungan detik pagar pun terbuka. Tak ada bunyi derit seperti yang biasa terdengar dari besi yang berkarat. Pagar megah nan mahal itu terbuka dan membiarkan perempuan itu masuk dengan langkah berjingkat-jingkat. Dan….taraaaa…wajahnya pun jelas terlihat. Lampu taman malu-malu menyorotnya. Cahayanya memperlihatkan sebentuk wajah dihias rambut ikal nan panjang. Seorang gadis muda dengan baju putih dan rok biru, sehelai selendang putih tersampir dibahunya. Astaghfirullah!
Sepasang mata tak berkedip dan bersiap untuk menerkam.
Gadis itu mulai leluasa bergerak dan si Tiro pun tenang mengawasi dari teras berlantai granit. Si hewan najis itu menyesali tindakannya tadi yang telah menyalak ke tuan putri, anak majikannya. Gadis itu berlari ke pintu samping, persis didepan taman kecil yang penuh bunga. Dan…..hap! kini ia telah berdiri di depan pintu dan hendak membuka kuncinya. Berhasil! Kunci terbuka dan didorongnya pintu itu dengan perlahan. Gelap. Tidak ada siapa siapa. Alhamdulillah. Ia mengucapkan itu dengan mata terpejam sambil memeluk sebuah buku tebal didadanya.
Semenit kemudian
Blar! Lampu menyala. Ruangan mendadak terang benderang. Seorang wanita berdiri tegak dengan tangan dipinggang. Ada asap mengepul dari kepalanya. Keluar dari sela-sela rambutnya. Tebal dan menyala. Sebuah tongkat kecil terselip di genggamannya. Wanita itu muntab.
"Kamu pikir mama tidak tahu kamu dari mana? Kamu pikir kamu bisa bertindak seperti maling. Dari mana kamu? Dari pengajian itu? Kitab apa yang kamu bawa-bawa itu? Tuhan kita tak akan menolongmu di hari akhir. Dia tidak akan menjadi juru selamat untukmu. Ini apa? Selendang? Mau berkerudung ya? Apa kamu tidak dengar mama? Apa kamu sudah diracun oleh mereka. Anak tidak tahu diri. Mana kalung salibmu?...bla.
Gadis itu tertegun lama. Diam saja. Tak mengatakan apapun. Kitab di tangannya kian dipeluk erat. Selendang yang tadi terkulai dipasang lagi ke kepalanya. Hingga.....
Katakan pada mama apa yang kau cari!!!!!!!! Luar biasa. Menakjubkan. Pertanyaan itu menjadi peluru ke 100 yang di tembakan ke hatiku.
"Mama, aku mencari Tuhan yang Satu"
Plak! Sebuah tangan melayang ke pipi kanan Plak! Tangan itu kembali ke pipi kiri. Gadis itu bergeming. Lalu, sebuah roket meluncur secepat kilat, ini pamungkasnya! Buk! Sebatang tongkat sepanjang 60cm, berwarna coklat tua, terayun kuat ke punggung.
Gadis itu tetap diam, ia menatap wanita dihadapannya dengan sedikit ringisan tapi pedih dan memilukan. Hatinya berkata banyak hal. "Duhai ibunda, pukullah aku berkali-kali hingga berdarah dan mati. Ini sungguh tak ada artinya dibanding menjadi hambaNYA yang SATU".
*semoga Engkau beri hatinya Cahaya, abadi dan indah. Sehingga kami berjumpa di surgaMU* http://katerinas. |
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment