Dear All..,     ini ada kisah menarik nech dari milis tetangga..,      mudah2an kita bisa ambil pelajaran         Masih   ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat?     Yang karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat   "A'basa"?     Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum Radiallahuanhu. Seorang sosok sahabat yang   senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.          Suatu   ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda Rasulullah Saw.     Ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jama'ah shubuh, karena tak ada   yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasulpun   bertanya: "Apakah engkau mendengar adzan?", Abdullah lantas   menjawab: "Tentu baginda", "Kalau begitu tidak ada keringanan   untukmu", tandas Rasul.          Layaknya   hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintahNya. Abdullahpun   sam'an wa tho'atan atas apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Dengan mantap   ia berazam untuk mendirikan jama'ah shubuh di masjid,sekalipun dirinya harus   meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber azan.          Keesokan   harinya, tatkala fajar menjelang dan azan mulai berkumandang, Abdullah bin   Ummi Maktumpun bergegas memenuhi panggilan Ilahi. Tak lama ketika ia   mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung sebuah batu,   badannya lalu tersungkur jatuh, dan sebagian ongkahan batu itu tepat mengenai   wajahnya, dengan seketika darahpun mengalir dari mukanya yang mulia.          Dengan   cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang membasahi wajahnya,   iapun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan menuju masjid. Selang   beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal menghampirinya,   kemudian lelaki itu bertanya: "A'mmu (paman) hendak pergi kemana?".   "Saya ingin memenuhi     panggilan Ilahi" jawab Abdullah tenang. Lalu laki-laki asing itu   menawarkan jasanya, "Saya akan antarkan a'mmu ke masjid, lalu nanti   kembali pulang ke rumah". Lelaki itupun segera menuntun Abdullah menuju   rumah Allah, dan kemudian mengantarkannya kembali pulang.          Hal   ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari ia   selalu menuntun Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke   rumah. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang   yang dengan baik hati mengantarnya salat berjama'ah, bahkan tanpa   mengharapkan imbalan apapun.          Hingga   tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu mengantarnya.   Ia lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan lelaki asing   itu menjawab: "Apa yang paman inginkan dari namaku?", "Saya   ingin berdo'a kepada Allah, atas kebajikan yang selama ini engkau   lakukan", jawab Abdullah. "Tidak usah" tegas lelaki itu.   "Paman tidak perlu berdoa untuk meringankan penderitaanku, dan jangan   sekali-kali paman menanyai namaku" tegasnya. Abdullah terhentak dan   terkejut atas jawaban lelaki itu, Iapun kemudian bersumpah atas nama Allah,   meminta lelaki itu untuk tidak menemuinya lagi, sampai ia tahu betul siapa   dan mengapa ia terus memandunya menuju masjid dan tidak mengharapkan balasan   apapun.          Mendengar   sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia kemudian   berkata: "Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. "Aku   adalah Iblis" jawabnya. Abdullah tersentak tak percaya, "Bagaimana   mungkin engkau menuntunku ke masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia   untuk mengerjakan salat?" Iblis itu kemudian menjawab: "Engkau   masih ingat ketika dulu hendak melaksanak salat shubuh berjama'ah, dirimu   tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?". "Iya, aku   ingat" jawab Abdullah. "Pada saat itu aku mendengar ucapan   Malaikat, bahwasannya Allah telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut   kalau engkau tersandung untuk kedua     kali, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain" jelas Iblis. "Oleh   karena itu aku selalu menuntunmu ke Masjid dan mengantarkanmu pulang,   khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika berangkat ke Masjid"             Astaghfirullah,   ternyata Iblis tak pernah rela sedikitpun melihat hamba Allah menjadi ahli   ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan untuk menggunakan   topeng kebaikan, khawatir kalau mangsanya akan mendapatkan pahala yang   berlipat ganda.      Dari   sepenggal kisah sahabat diatas, tentu kita dapat mengambil pelajaran dan   memahami satu dari karakter Iblis, lalu bagaimana dengan kita? masihkah   berdiam diri, menunggu menjadi korban makhluk laknat itu, atau kita mencoba   melawan dengan memperbaiki diri dan terus mendekatkan diri pada Ilahi?       Mulai   saat ini marilah kita bersama-sama istiqomah dalam melakukan amal kebaikan,   agar kita terhindar dari tipu daya iblis laknatullahalaih, semoga.
  Tien
 
 
  | 
No comments:
Post a Comment